KAMIL_MUKAMIL
(Yang sempurna dan menyempurnakan)
“GHOUTS”menurut
bahasa adalah“PERTOLONGAN”. Menurut istilah adalah kedudukan salah satu
Waliyulloh yang diangkat sebagai pemimpin para waliyulloh (Sulthon
Auliyaa’) atau Qothbun Aqthob pada zamannya, juga sebagai penuntun,
pembimbing, dan penolong ummat. Penuntun kepada kebaikan, pembimbing
kepada keselamatan dan kebahagiaan yang diridloi Alloh wa Rosulihi SAW
dan penolong dari berbagai kesulitan, kesusahan dan seluruh hajat hidup
umat.
Jadi
Ghouts hadzaz zaman adalah pemimpin para Waliyulloh dan penolong ummat
pada zaman sekarang. Kalimat “Ghouts” berebentuk isim masdar yang
berma’na isim fa’il yang artinya “Penolong”.
Sedangkan
pengertian“Ghouts”menurut Syeh Ahmad Al-Kamsyakhonawi An-Naqsyabandzi
adalah ibarat tentang QUTBUN ADZIMUN (pemimpin yang agung), .ROJULUN
AZIZUN (hamba yang mulya) dan SAYYIDUN KARIMUN (pemimpin yang mulya)
yang dibutuhkan oleh manusia untuk meyingkap rahasia-rahasia hati yang
penting. Dan Beliau juga sebagai hamba yang sangat diharapkan do’anya,
karena do’anya sangat mustajab. Seandainya beliau sumpah kepada Alloh,
tidak pernah mendustainya sebagaimana Uwais Al-Qorny yang hidup di zaman
Beliau Rosul SAW.
Pribadi
seorang Ghouts Zaman itu termasuk perkara yang dirahasiakan oleh Alloh.
Dirahasiakannya itu karena untuk menjaga keselamatannya dan keselamatan
ummat terutama mereka yang tidak menyadari atau tidak mengakui atas
kedudukan Beliau.
Sebagaian Ulama’ Arifin berkata dalam kitab Syawahidul Haq hal 195:
“Sungguh
dirahasiakan perilaku (ahwal) nya Ghouts Al-Quthub dari orang-orang
umum dan khusus, karena Alloh Yang Maha Benar tidak senang terhadap
bahaya yang menimpa dirinya”.
Dan dikatakan :
“Dan
keadaan lahiriyah mereka (para Ghouts) ialah menyibukkan diri seperti
umumnya Ulama’ lain dalam bidang ilmu kasbi (ilmu syari’at) untuk
merahasiakan kedudukannya, karena sebagian dari keadaan Quthbi itu
memang dirahasiakan”.
Maka
tanda-tanda atau ciri-ciri secara lahir para Ghouts fi zamanihi itu
tidak mencolok, yang jelas Beliau-beliau adalah sebagai pejuang
kebenaran dan kesadaran kepada Alloh SWT wa Rosulihi SAW sebagaimana
sabda Nabi SAW :
“Dikalangan
umatku senantiasa tidak sepi dari adanya “Thoifah” (kelompok) yang
memperjuangkan kebenaran sampai datangnya hari qiyamat”.
Adapun
secara batiniyah, para Ghouts memiliki ciri-ciri khas, antara lain
seperti yang disebutkan dalam kitab Jami’ul Usul hal 4 :
1.Hatinya selalu thowaf kehadirat Alloh SWT.
2.Beliau
memiliki sirri yang dapat menerobos keseluruh alam seperti meratanya
roh dalam jasad atau seperti menerobosnya air dalam pepohonan.
3.Beliau menanggung (memprihatinkan) kesusahan/kesulitan makhluk di dunia.
Kerugiannya bagi yang tidak percaya kepada Ghouts
Orang
yang tidak percaya pada sesuatu, pasti ia akan meremehkan, merendahkan
dan mengingkari sesuatu itu. Dan mengingkari sesuatu yang sudah jelas
ada dasar hukumnya adalah kufur. Maka tidak mempercayai bahkan
mengingkari keberadaan Ghouts zaman yang jelas-jelas sebagai Waliyulloh
adalah kufur, bahkan akan menjadi musuh Alloh. Hal ini sebagaimana yang
disebutkan dalam hadist Qutsi :
.“Dari
Abi Huroiroh ra dari Nabi SAW bersabda: “bahwa Alloh ‘Azza wa Jalla
berfirman : “Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka sesungguhnya Aku
akan memusuhinya”.(HR. Bukhori).
Syeh Muhammad Al-Kholily berkata :
“Ketahuilah
bahwasanya mengingkari kaum Syufi (para Wali Alloh) itu, termasuk
perilaku yang mengakibatkan kehinaan, sehingga pelakunya akan terjerumus
kedalam jurang kerugian (kehancuran)”.
Syeh Ibnu Hajar berkata
“Barangsiapa
mengingkari para Waliyulloh, maka dikhawatirkan akan su’ul khotimah
(pada waktu sakaratul mautnya) seperti orang-orang yang telah melakukan
hal tersebut. Mereka dimurkai oleh Alloh SWT, dan tidak bisa bahagia (di
dunia dan di akhirat)”.
Syeh Dawud bin Makhola berkata :
“Barangsiapa
memasuki (hidup) di dunia ini tidak menemukan seorang pembesar Wali
yang sempurna yang membimbingnya kearah kesadaran kepada Alloh, niscaya
dia akan keluar dari dunia ini (meninggal dunia) dengan berlumuran dosa
besar, sekalipun ibadahnya sebanyak ibadahnya bangsa jin dan manusia”.