FENOMENA TAHAN BACOK
Oleh : pak Agus Balung
Di media massa, baik media cetak
maupun media on line, banyak bertaburan iklan yang menawarkan jasa pengisian secara instan ilmu
tahan bacok dan sejenisnya. Untuk itu, saya mencoba mengangkat sekilas
tentang ilmu kebal ini, materi saya sarikan dari tulisan Abu
Shofiyah Aqil Azizi. Semoga bermanfaat bagi kita semua, amin.
Kita
semua sudah maklum, bahwa Indonesia, negeri kita tercinta ini,
merupakan negeri yang subur akan perklenikan,
ada banyak praktisi yang menawarkan ilmu kebal ini. Adapun tatacara
atau metode untuk mendapatkannya bisa bermacam-macam tergantung dari
praktisi tersebut.
Tersebutlah
Kiai Salik, seorang guru kekebalan. Hanya dengan komat-kamit membaca
mantra, Salik dikabarkan mampu menyetrum manusia dengan kesaktian.
Hasilnya, dalam sekejap, seseorang jadi superman. Pedang setajam apa
juga tak akan mampu merobek kulit. Pelor pun hanya mampu menyentuh dan
lantas mental jatuh ke tanah. Sedang panas api membara tak berdaya
menghanguskan mereka yang sudah ditulari ilmu. Syarat-syaratnya pun
ditanggung ringan. Cukup datang dan berminat.
Salik
buka praktek seperti dokter. Pasiennya mengalir setiap hari. Bisnis “mengisi” agar orang jadi kebal itu telah mengangkat hidup
Salik. Kini ia tak perlu lagi bertani dan berdagang untuk mengasapi
dapurnya. Biasanya, sebelum mantra sakti dibisikkan, pasien yang datang
kepada Salik terlebih dahulu melewati serangkaian upacara sederhana.
Para langganan harus duduk di atas golok yang diletakkan di atas
sajadah. Tapi sebelum itu tidak boleh lupa meletakkan duit di dekat
golok. Besarnya lebih dari Rp 10 ribu (saat itu, entah kalau sekarang). “Duit itu memang bagian dari upacara
pengisian kekebalan,” kata Salik. Sebelum dikerudungi kain
putih, “calon orang kebal” harus minum sebagian dari segelas air putih
yang ditaburi sejumput ketan hitam. Sisanya dibasuhkan ke sekujur tubuh.
Sembari memegang kepala pasien, Kiai Salik baru membacakan mantra
saktinya. Maka, selesai rangkaian prosesi itu.
Di
Desa Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, ada Sunarwi juga pasang
tawaran ilmu. Namun, menularkan kiat kekebalan Sunarwi lebih berat
dibanding Salik. Muridnya untuk mendapatkan kekebalan diwajibkan
mengadakan kenduri opor ayam dan nasi putih. Ayamnya jago putih mulus,
berasnya empat kilogram. Bila jatuh tepat 1 Syuro, murid-murid Sunarwi
wajib mandi di sungai sebatas dada, tepat pada jam 24.00. Mereka juga
kudu menyelam sebanyak 49 kali. Entahlah, apa makna angka-angka itu.
Yang jelas, setiap malam Jumat, murid Sunarwi harus keluar rumah, tepat
jam 24.00. Menghadap ke arah timur, untuk bersemadi meminta ampun kepada
Allah. Barulah Sunarwi memberi jimat yang berbau kearab-araban.
Ilmu Kebal dalam Islam
Seorang
muslim hendaknya mengembalikan setiap permasalahan dan problematika
kehidupannya kepada Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wasallam,
yakni dengan mengembalikannya kepada hukum-hukum Islam yang berasaskan
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. Sehingga jelas hukum dan jawaban
dari permasalahan tersebut. Termasuk juga mengembalikan permasalahan
ilmu kebal ini kepada Islam itu sendiri.
Berbagai
ritual diadakan untuk mendapatkan ilmu kebal tersebut. Pada kisah yang
pertama, disebutkan bahwa untuk mendapatkan ilmu kebal tersebut, mereka
diwajibkan menjalankan ritual puasa selama 30-40 hari. Secara sekilas,
nampaknya ritual yang dilakukan adalah ritual yang syar’i, yakni
berpuasa. Tapi betulkah seperti itu? Ternyata tidak. Cobalah periksa
lebih lanjut, maka akan timbul beberapa pertanyaan berkenaan ritual yang
dilakukan untuk mendapatkan ilmu kebal ini, yakni:
Adakah
puasa yang lebih banyak dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam yang diajarkan oleh beliau kepada umatnya melebihi
banyaknya puasa di bulan Ramadhan, yakni selama 29 atau 30 hari (satu
bulan penuh)? Setelah kita menilik hadits-hadits Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam, tidak kita jumpai beliau berpuasa lebih banyak
dari bilangan di bulan Ramadhan. Akan tetapi coba perhatikan bilangan
puasa yang ditentukan oleh manusia-manusia sakti ini! Untuk mendapatkan
ilmu kebal, mereka diwajibkan berpuasa selama 30-40 hari!
Allaahulmusta’an.
Kemudian,
hal lain yang perlu kita cermati adalah para manusia sakti tersebut
diwajibkan berpuasa selama 30-40 hari untuk memperoleh kesaktian berupa
ilmu kebal ini. Apakah mereka memiliki Tuhan selain Allah ta’ala
yang mewajibkan puasa untuk mendapatkan ilmu kebal? Atau apakah mereka
memiliki Nabi dan Rasul yang lain selain Rasulullah Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam yang mensyari’atkan puasa untuk memperoleh ilmu
kebal? Jika mereka jawab tidak, lalu siapa yang mewajibkan dan
mensyari’atkan mereka untuk berpuasa selama 30-40 hari untuk memperoleh
ilmu kebal?
Puasa
yang diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi
wasallam hanya ada tiga, yakni puasa wajib di bulan Ramadhan, puasa
nadzar dan puasa qadha` untuk membayar hutang puasa. Selain dari tiga
puasa itu tidaklah wajib hukumnya. Maka, dari mana mereka bisa
mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya?
Allah
ta’ala memperingatkan kita agar tidak mengikuti selain apa yang
Dia turunkan. Allah ta’ala berfirman,
اتَّبِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُمْ مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلاً مَّا تَذَكَّرُونَ
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
dan janganlah kamu mengikuti selain itu.” (QS.
Al-A’raf: 3)
Allah
ta’ala memerintahkan kepada kita untuk mengikuti apa yang datang
dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Allah ta’ala
berfirman,
وَمَا ءَاتٰكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهٰكُمْ عَنْهُ فَانتَهُواْ
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka
terimalah. Danapa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS.
Al-Hasyr: 7)
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam pun telah memberitahukan kepada
kita bilangan bulan dalam Islam, yakni terkadang 29 hari, terkadang 30
hari. Termasuk juga bilangan hari di bulan Ramadhan adalah 29 atau 30
hari. Dan bilangan inilah bilangan puasa di bulan Ramadhan yang mana
pada bulan tersebut kita diperintahkan untuk berpuasa selama satu bulan
penuh, yakni 29 atau 30 hari. Lalu bagaimana mungkin para pendekar sakti
itu diwajibkan berpuasa 30 bahkan sampai 40 hari untuk memperoleh ilmu
kebal?
Dari
sini kita bisa mengetahui bahwa puasa untuk mendapatkan ilmu kebal
seperti itu bukanlah ajaran Islam. Dahulu, saya (Abu Shofiyah Aqil
Azizi), pernah mengikuti sebuah perguruan bela diri. Saat itu
sampailah saya mempelajari tenaga dalam. Sebelum latihan tenaga dalam
itu, ada beberapa bacaan yang saya dan teman-teman saya harus baca. Di
antara bacaan itu adalah ayat-ayat mu’awidzatain (Al-Falaq dan
An-Naas) dan beberapa bacaan lainnya yang juga berasal dari Al-Qur’an.
Maka, bacaan-bacaan itulah yang harus dibaca setiap kali mengeluarkan
jurus tenaga dalam tersebut. Setelah membaca bacaan-bacaan itu, kami pun
melakukan gerakan-gerakan bela diri dengan mengolah pernapasan.
Terkadang kami disuruh untuk menarik napas panjang-panjang, menahannya
dan mengeluarkannya. Maka, ketika kami menghentakkan tangan kanan ke
depan sebagai tanda memukul, maka lawan yang berada di depan kami
terhempas ke belakang tanpa harus menyentuh lawan tersebut.
Saya
tidak ragu lagi bahwa kekuatan-kekuatan tersebut didapatkan dengan
melibatkan bantuan jin. Meskipun mendapatkan kekuatan itu dengan
mengamalkan amalan-amalan yang diklaim sebagai amalan yang Islami. Akan
tetapi setelah kita telisik lebih jauh, ternyata amalan-amalan tersebut
tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sementara, kita dilarang
meminta tolong kepada jin untuk mendatangkan manfaat atau menolak
mudharat. Allah ta’ala berfirman,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin,
Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS.
Al-Jin: 6)
Marilah
kita baca kembali sirah para Nabi dan Rasul. Bacalah sirah Nabi
Zakariyah ‘alaihissalaam. Beliau wafat dalam keadaan digergaji
oleh kaum beliau yang membangkang. Padahal, kalaulah hal itu
diperbolehkan, beliau akan meminta bantuan jin untuk memperoleh ilmu
kebal dengan melakukan ritual-ritual di atas agar tidak mempan dibacok.
Demikian
juga bagaimana perjuangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
dan para sahabatnya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
telah patah gigi beliau dalam peperangan atau bagaimana beliau dilempari
batu oleh penduduk Tha`if. Lihat juga bagaimana perjuangan para sahabat
radhiyallaahu ‘anhum dalam berbagai peperangan! Lihatlah para
sahabat radhiyallaahu ‘anhum yang gugur di medan perang!
Kenapa
mereka semua tidak menggunakan ilmu kebal? Karena mereka tahu bahwa
ilmu kebal seperti itu bukanlah ilmu yang berasal dari ajaran Islam yang
benar dan melibatkan bantuan jin. Kalaupun ada, hal itu adalah karamah
yang telah Allah ta’ala karuniakan kepada mereka yang lurus
aqidahnya. Para mujahidin juga tidak menang tidak menang berjihad
melawan orang kafir karena ilmu kebal, atau karena diisi atau dengan
mengamalkan amalan tertentu, atau karena rajah atau diberikan amalan
tertentu. Mereka menang karena semata pertolongan Allah.
Satu-satunya
Nabi dan Rasul yang diberikan mukjizat yang diberikan wewenang dan
kekuasaan untuk memanfaatkan kekuatan jin hanyalah Nabi Sulaiman
‘alaihissalaam. Hanya beliaulah satu-satunya manusia yang diberikan
wewenang itu. Setelah beliau, para nabi yang lain tidak diberikan
wewenang itu. Para Nabi itu diperintahkan untuk berjuang dengan segala
resiko fisik, bahkan resiko kematian. Dan betapa banyak Nabi dan Rasul
wafat dibunuh oleh para pembangkang.
Dengan demikian, kita tahu bahwa ilmu kebal bukanlah
ajaran Islam. Ilmu kebal yang didapatkan dengan melakukan berbagai
ritual tidak lain dengan melibatkan bantuan jin yang mana meminta
bantuan jin dalam hal seperti ini hukumnya haram.
Allaahua’lam bish-shawaab.
(Sumber : disarikan dari tulisan Abu Shofiyah Aqil Azizi)
FENOMENA TAHAN BACOK
Oleh : pak Agus Balung
Di media massa, baik media cetak
maupun media on line, banyak bertaburan iklan yang menawarkan jasa pengisian secara instan ilmu
tahan bacok dan sejenisnya. Untuk itu, saya mencoba mengangkat sekilas
tentang ilmu kebal ini, materi saya sarikan dari tulisan Abu
Shofiyah Aqil Azizi. Semoga bermanfaat bagi kita semua, amin.
Kita
semua sudah maklum, bahwa Indonesia, negeri kita tercinta ini,
merupakan negeri yang subur akan perklenikan,
ada banyak praktisi yang menawarkan ilmu kebal ini. Adapun tatacara
atau metode untuk mendapatkannya bisa bermacam-macam tergantung dari
praktisi tersebut.
Tersebutlah
Kiai Salik, seorang guru kekebalan. Hanya dengan komat-kamit membaca
mantra, Salik dikabarkan mampu menyetrum manusia dengan kesaktian.
Hasilnya, dalam sekejap, seseorang jadi superman. Pedang setajam apa
juga tak akan mampu merobek kulit. Pelor pun hanya mampu menyentuh dan
lantas mental jatuh ke tanah. Sedang panas api membara tak berdaya
menghanguskan mereka yang sudah ditulari ilmu. Syarat-syaratnya pun
ditanggung ringan. Cukup datang dan berminat.
Salik
buka praktek seperti dokter. Pasiennya mengalir setiap hari. Bisnis “mengisi” agar orang jadi kebal itu telah mengangkat hidup
Salik. Kini ia tak perlu lagi bertani dan berdagang untuk mengasapi
dapurnya. Biasanya, sebelum mantra sakti dibisikkan, pasien yang datang
kepada Salik terlebih dahulu melewati serangkaian upacara sederhana.
Para langganan harus duduk di atas golok yang diletakkan di atas
sajadah. Tapi sebelum itu tidak boleh lupa meletakkan duit di dekat
golok. Besarnya lebih dari Rp 10 ribu (saat itu, entah kalau sekarang). “Duit itu memang bagian dari upacara
pengisian kekebalan,” kata Salik. Sebelum dikerudungi kain
putih, “calon orang kebal” harus minum sebagian dari segelas air putih
yang ditaburi sejumput ketan hitam. Sisanya dibasuhkan ke sekujur tubuh.
Sembari memegang kepala pasien, Kiai Salik baru membacakan mantra
saktinya. Maka, selesai rangkaian prosesi itu.
Di
Desa Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, ada Sunarwi juga pasang
tawaran ilmu. Namun, menularkan kiat kekebalan Sunarwi lebih berat
dibanding Salik. Muridnya untuk mendapatkan kekebalan diwajibkan
mengadakan kenduri opor ayam dan nasi putih. Ayamnya jago putih mulus,
berasnya empat kilogram. Bila jatuh tepat 1 Syuro, murid-murid Sunarwi
wajib mandi di sungai sebatas dada, tepat pada jam 24.00. Mereka juga
kudu menyelam sebanyak 49 kali. Entahlah, apa makna angka-angka itu.
Yang jelas, setiap malam Jumat, murid Sunarwi harus keluar rumah, tepat
jam 24.00. Menghadap ke arah timur, untuk bersemadi meminta ampun kepada
Allah. Barulah Sunarwi memberi jimat yang berbau kearab-araban.
Ilmu Kebal dalam Islam
Seorang
muslim hendaknya mengembalikan setiap permasalahan dan problematika
kehidupannya kepada Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wasallam,
yakni dengan mengembalikannya kepada hukum-hukum Islam yang berasaskan
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. Sehingga jelas hukum dan jawaban
dari permasalahan tersebut. Termasuk juga mengembalikan permasalahan
ilmu kebal ini kepada Islam itu sendiri.
Berbagai
ritual diadakan untuk mendapatkan ilmu kebal tersebut. Pada kisah yang
pertama, disebutkan bahwa untuk mendapatkan ilmu kebal tersebut, mereka
diwajibkan menjalankan ritual puasa selama 30-40 hari. Secara sekilas,
nampaknya ritual yang dilakukan adalah ritual yang syar’i, yakni
berpuasa. Tapi betulkah seperti itu? Ternyata tidak. Cobalah periksa
lebih lanjut, maka akan timbul beberapa pertanyaan berkenaan ritual yang
dilakukan untuk mendapatkan ilmu kebal ini, yakni:
Adakah
puasa yang lebih banyak dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam yang diajarkan oleh beliau kepada umatnya melebihi
banyaknya puasa di bulan Ramadhan, yakni selama 29 atau 30 hari (satu
bulan penuh)? Setelah kita menilik hadits-hadits Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam, tidak kita jumpai beliau berpuasa lebih banyak
dari bilangan di bulan Ramadhan. Akan tetapi coba perhatikan bilangan
puasa yang ditentukan oleh manusia-manusia sakti ini! Untuk mendapatkan
ilmu kebal, mereka diwajibkan berpuasa selama 30-40 hari!
Allaahulmusta’an.
Kemudian,
hal lain yang perlu kita cermati adalah para manusia sakti tersebut
diwajibkan berpuasa selama 30-40 hari untuk memperoleh kesaktian berupa
ilmu kebal ini. Apakah mereka memiliki Tuhan selain Allah ta’ala
yang mewajibkan puasa untuk mendapatkan ilmu kebal? Atau apakah mereka
memiliki Nabi dan Rasul yang lain selain Rasulullah Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam yang mensyari’atkan puasa untuk memperoleh ilmu
kebal? Jika mereka jawab tidak, lalu siapa yang mewajibkan dan
mensyari’atkan mereka untuk berpuasa selama 30-40 hari untuk memperoleh
ilmu kebal?
Puasa
yang diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi
wasallam hanya ada tiga, yakni puasa wajib di bulan Ramadhan, puasa
nadzar dan puasa qadha` untuk membayar hutang puasa. Selain dari tiga
puasa itu tidaklah wajib hukumnya. Maka, dari mana mereka bisa
mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya?
Allah
ta’ala memperingatkan kita agar tidak mengikuti selain apa yang
Dia turunkan. Allah ta’ala berfirman,
اتَّبِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُمْ مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلاً مَّا تَذَكَّرُونَ
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
dan janganlah kamu mengikuti selain itu.” (QS.
Al-A’raf: 3)
Allah
ta’ala memerintahkan kepada kita untuk mengikuti apa yang datang
dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Allah ta’ala
berfirman,
وَمَا ءَاتٰكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهٰكُمْ عَنْهُ فَانتَهُواْ
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka
terimalah. Danapa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS.
Al-Hasyr: 7)
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam pun telah memberitahukan kepada
kita bilangan bulan dalam Islam, yakni terkadang 29 hari, terkadang 30
hari. Termasuk juga bilangan hari di bulan Ramadhan adalah 29 atau 30
hari. Dan bilangan inilah bilangan puasa di bulan Ramadhan yang mana
pada bulan tersebut kita diperintahkan untuk berpuasa selama satu bulan
penuh, yakni 29 atau 30 hari. Lalu bagaimana mungkin para pendekar sakti
itu diwajibkan berpuasa 30 bahkan sampai 40 hari untuk memperoleh ilmu
kebal?
Dari
sini kita bisa mengetahui bahwa puasa untuk mendapatkan ilmu kebal
seperti itu bukanlah ajaran Islam. Dahulu, saya (Abu Shofiyah Aqil
Azizi), pernah mengikuti sebuah perguruan bela diri. Saat itu
sampailah saya mempelajari tenaga dalam. Sebelum latihan tenaga dalam
itu, ada beberapa bacaan yang saya dan teman-teman saya harus baca. Di
antara bacaan itu adalah ayat-ayat mu’awidzatain (Al-Falaq dan
An-Naas) dan beberapa bacaan lainnya yang juga berasal dari Al-Qur’an.
Maka, bacaan-bacaan itulah yang harus dibaca setiap kali mengeluarkan
jurus tenaga dalam tersebut. Setelah membaca bacaan-bacaan itu, kami pun
melakukan gerakan-gerakan bela diri dengan mengolah pernapasan.
Terkadang kami disuruh untuk menarik napas panjang-panjang, menahannya
dan mengeluarkannya. Maka, ketika kami menghentakkan tangan kanan ke
depan sebagai tanda memukul, maka lawan yang berada di depan kami
terhempas ke belakang tanpa harus menyentuh lawan tersebut.
Saya
tidak ragu lagi bahwa kekuatan-kekuatan tersebut didapatkan dengan
melibatkan bantuan jin. Meskipun mendapatkan kekuatan itu dengan
mengamalkan amalan-amalan yang diklaim sebagai amalan yang Islami. Akan
tetapi setelah kita telisik lebih jauh, ternyata amalan-amalan tersebut
tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sementara, kita dilarang
meminta tolong kepada jin untuk mendatangkan manfaat atau menolak
mudharat. Allah ta’ala berfirman,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin,
Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS.
Al-Jin: 6)
Marilah
kita baca kembali sirah para Nabi dan Rasul. Bacalah sirah Nabi
Zakariyah ‘alaihissalaam. Beliau wafat dalam keadaan digergaji
oleh kaum beliau yang membangkang. Padahal, kalaulah hal itu
diperbolehkan, beliau akan meminta bantuan jin untuk memperoleh ilmu
kebal dengan melakukan ritual-ritual di atas agar tidak mempan dibacok.
Demikian
juga bagaimana perjuangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
dan para sahabatnya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
telah patah gigi beliau dalam peperangan atau bagaimana beliau dilempari
batu oleh penduduk Tha`if. Lihat juga bagaimana perjuangan para sahabat
radhiyallaahu ‘anhum dalam berbagai peperangan! Lihatlah para
sahabat radhiyallaahu ‘anhum yang gugur di medan perang!
Kenapa
mereka semua tidak menggunakan ilmu kebal? Karena mereka tahu bahwa
ilmu kebal seperti itu bukanlah ilmu yang berasal dari ajaran Islam yang
benar dan melibatkan bantuan jin. Kalaupun ada, hal itu adalah karamah
yang telah Allah ta’ala karuniakan kepada mereka yang lurus
aqidahnya. Para mujahidin juga tidak menang tidak menang berjihad
melawan orang kafir karena ilmu kebal, atau karena diisi atau dengan
mengamalkan amalan tertentu, atau karena rajah atau diberikan amalan
tertentu. Mereka menang karena semata pertolongan Allah.
Satu-satunya
Nabi dan Rasul yang diberikan mukjizat yang diberikan wewenang dan
kekuasaan untuk memanfaatkan kekuatan jin hanyalah Nabi Sulaiman
‘alaihissalaam. Hanya beliaulah satu-satunya manusia yang diberikan
wewenang itu. Setelah beliau, para nabi yang lain tidak diberikan
wewenang itu. Para Nabi itu diperintahkan untuk berjuang dengan segala
resiko fisik, bahkan resiko kematian. Dan betapa banyak Nabi dan Rasul
wafat dibunuh oleh para pembangkang.
Dengan demikian, kita tahu bahwa ilmu kebal bukanlah
ajaran Islam. Ilmu kebal yang didapatkan dengan melakukan berbagai
ritual tidak lain dengan melibatkan bantuan jin yang mana meminta
bantuan jin dalam hal seperti ini hukumnya haram.
Allaahua’lam bish-shawaab.
(Sumber : disarikan dari tulisan Abu Shofiyah Aqil Azizi)