Mau Pasang Iklan, Hub Biro Iklan, Aulia Advertising, Telp 0813 8468 1151
Aulia PROPERTY,MEMASARKAN BALE PERIGI, PURI SINAR PAMULANG, PESONA ALAM CIPUTAT, CLUSTER Tsb Ready Stock Telp 081384681151

Menyelenggarakan Umrah Dan Haji Plus

Menyelenggarakan Umrah Dan Haji Plus
Spesialis cetak/sablon spanduk kain promosi,SPANDUK KAIN Dwitama Advertising Benda Baru, Pamulang, Tangsel Telp, 0856 7386 103, 0813 8468 1151

Jumat, 09 September 2016

Islam Diatas Segalanya



"Kalo nggak suka demokrasi, jangan di Indonesia", "Kalo mau Islam pegi ke arab aja!", "Kalo nggak mau dipimpin kafir, keluar jakarta aja!", saya selalu senyum saat membaca komen seperti ini
Karena orang panik memang tidak memakai akal, serampangan dalam berargumen, dan melenceng jauh dari apa yang dibahas, tak tahan untuk mencela, menghina, melaknat, sarkas dan sinis.

Pertama, biasakan fokus pada apa yang dibahas, tidak perlu melenceng pada hal yang lain, bahkan sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali, biasakan berargumen yang benar.

Saat kita membahas demokrasi misalnya, ya kita bahas secara ilmiah. Mengapa harus demokrasi? Adakah yang lebih baik dari demokrasi? Apa mudharat demokrasi, itu baru diskusi.

Bukan lalu bicara, "Kalo nggak suka demokrasi keluar dari Indonesia". Ini mental anak kecil, lagi main terus kalah, dia bilang "keluar dari lapangan gue!", padahal lapangannya milik umum

Kedua, apakah kalau kita menginginkan Islam, seolah-olah kita tidak cinta Indonesia? Bukankah Islam ini yang memerdekakan adalah mayoritas para pejuang Muslim? Berjihad dengan takbir?

Salah besar bila menaruh negara diatas agama, Islam diatas segala-galanya, termasuk negara. Sebab saat mati, Allah tidak akan menanyakan negara, tapi amal salih berdasarkan agama

Justru karena kita mencintai negeri Indonesia dan penduduknya ini, maka kita jadikan negeri ini mengikuti Rasulullah saw, mengikuti apa yang sudah Allah turunkan berupa Kitabullah dan Sunnah

Ketiga, ingat baik-baik bagi kita, Fir'aun membunuhi semua lelaki yang lahir pada masanya karena takut ditumbangkan, ternyata lelaki yang dijanjikan, Musa namanya, justru dibesarkan di istananya

Rasulullah Muhammad, keturunan nasab terbaik dari bani Hasyim dari Quraisy, justru orang yang dijanjikan untuk mengubah masyarakat Arab dan dunia, mencerahkan dengan Islam

Artinya, saat kita tidak setuju dengan suatu kemunkaran, dalam Islam kita bukan diperintahkan untuk menjauhi kemunkaran itu, tapi justru mengubah kemunkaran itu, dan memerintahkan kemakrufan

Itulah dakwah, ikut mengubah pada kebaikan tanpa larut dalam kemaksiatan, menjaga diri dari kemaksiatan, selagi mengajak orang lain untuk turut serta dalam kebaikan

Jadi para pengkhianat agamanya dengan mendukung pemimpin kafir, tidak perlu panik dan maradang, kalem saja, kami tetap disini. Kami tetap berdakwah, tetap woles dan adem

Sejarah akan berulang, walau pemimpin-pemimpin suku di Hijaz waktu itu menolak Rasululllah saw, Allah hadirkan pembela-pembela Nabi-Nya dari keturunannya, generasi berikutnya

"Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya." (Al-Maaidah: 54).
waallahu'aklam bis showab