Kamis, 30 Januari 2014
AULIA ADVERTISING: DAPATKAN SEGERA APARTEMEN KOTA AYODHYA SALAMAH 081 811 6097 0821 1208 1652, E-mail: lamah_s@yahoo.co.id
AULIA ADVERTISING: DAPATKAN SEGERA APARTEMEN KOTA AYODHYA SALAMAH 081 811 6097 0821 1208 1652, E-mail: lamah_s@yahoo.co.id: DAPATKAN SEGERA APARTEMEN KOTA AYODHYA SALAMAH 081 811 6097 0821 1208 1652, E-mail: lamah_s@yahoo.co.id
AULIA ADVERTISING: DAPATKAN SEGERA APARTEMEN KOTA AYODHYA SALAMAH 08...
AULIA ADVERTISING: DAPATKAN SEGERA APARTEMEN KOTA AYODHYA SALAMAH 08...: New Development Dari ALAM SUTERA. Kini Hadir di posisi Strategis di tengah Kota Tanggerang. Berada di Jln. M.H Thamrin, Tanggerang. me...
Rabu, 22 Januari 2014
Hukum Seputar Darah Wanita: Darah Nifas
lعوذ بالله من الشيطان الرجيم بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسول الله، وأشهد أن لا
إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله وبعد
Waktu persalinan adalah salah satu
momen paling mendebarkan bagi seorang wanita. Karena momen ini merupakan bagian
dari jihad teragung kaum wanita. Di mana seorang wanita yang meninggal saat
melahirkan bahkan termasuk golongan manusia yang mati syahid (HR. Abu Dawud dan
Ahmad). Setelah momen ini, seorang wanita akan memulai babak baru kehidupannya
menjadi seorang ibu yang mempunyai kewajiban mendidik buah hatinya. Dan
sebaik-baik pendidikan untuk anak adalah dengan pendidikan agama.
Ternyata, momen penting ini pun tak
lepas dari perhatian syariat karena pada saat persalinan seorang wanita akan
mengeluarkan darah nifas. Sebagaimana haid dan istihadhah, darah nifas termasuk
jenis darah yang biasa terjadi pada wanita. Oleh karena itu, para muslimah
hendaknya mengetahui hukum-hukum seputar darah nifas.
Apakah Darah Nifas itu??
Nifas adalah darah yang keluar dari
rahim karena melahirkan. Baik darah itu keluar bersamaan ketika proses
melahirkan, sesudah atau sebelum melahirkan, yang disertai dengan dirasakannya
tanda-tanda akan melahirkan, seperti rasa sakit, dll. Rasa sakit yang dimaksud
adalah rasa sakit yang kemudian diikuti dengan kelahiran. Jika darah yang
keluar tidak disertai rasa sakit, atau disertai rasa sakit tapi tidak diikuti
dengan proses kelahiran bayi, maka itu bukan darah nifas.
Selain itu, darah yang keluar dari
rahim baru disebut dengan nifas jika wanita tersebut melahirkan bayi yang sudah
berbentuk manusia. Jika seorang wanita mengalami keguguran dan ketika
dikeluarkan janinnya belum berwujud manusia, maka darah yang keluar itu bukan
darah nifas. Darah tersebut dihukumi sebagai darah penyakit (istihadhah) yang
tidak menghalangi dari shalat, puasa dan ibadah lainnya.
Perlu ukhty ketahui bahwa waktu
tersingkat janin berwujud manusia adalah delapan puluh hari dimulai dari hari
pertama hamil. Dan sebagian pendapat mengatakan sembilan puluh hari.
Sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud sradhiyallahu
‘anhu , bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan
kepada kami, dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang
benar dan yang mendapat berita yang benar, “Sesungguhnya seseorang dari
kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah seperti itu pula, kemudian menjadi mudhghah
seperti itu pula. Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan
ruh di dalamnya, dan diperintahkan kepadanya untuk menulis empat hal, yaitu
menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Menurut Ibnu Taimiyah, “Manakala
seorang wanita mendapati darah yang disertai rasa sakit sebelum masa (minimal)
itu, maka tidak dianggap sebagai nifas. Namun jika sesudah masa minimal, maka
ia tidak shalat dan puasa. Kemudian apabila sesudah kelahiran ternyata tidak
sesuai dengan kenyataan (bayi belum berbentuk manusia-pen) maka ia segera
kembali mengerjakan kewajiban. Tetapi kalau ternyata demikian (bayi sudah
berbentuk manusia-pen), tetap berlaku hukum menurut kenyataan sehingga tidak
perlu kembali mengerjakan kewajiban.” (kitab Syarhul Iqna’)
Secara ringkas dapat disimpulkan
beberapa hal untuk mengenali darah nifas:
- Nifas adalah darah yang keluar dari rahim disebabkan
melahirkan, baik sebelum, bersamaan atau sesudah melahirkan
- Disertai dengan tanda-tanda akan melahirkan (seperti
rasa sakit, dll) yang diikuti dengan proses kelahiran
- Bayi yang dilahirkan/ dikeluarkan sudah berbentuk
manusia (terdapat kepala, badan dan anggota tubuh lain seperti tangan dan
kaki, meskipun belum sempurna benar)
Lama Keluarnya Darah Nifas
Syaikh Muhammad bin Shalih al
Utsaimin dalam Risalah fid Dima’ Ath-Thabi’iyah lin Nisa mengatakan
bahwa ulama berbeda pendapat tentang apakah nifas itu ada batas minimal dan
maksimalnya.
Adapun Syaikh ‘Abdul ‘Azhim bin
Badawi al Khalafi di dalam Al Wajiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitabil ‘Aziz
mengatakan bahwa nifas ada batas maksimalnya, yaitu empat puluh hari. Pendapat
beliau berdasarkan hadits dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha. Ummu
Salamah radhiyallahu ‘anha berkata, “Kaum wanita yang nifas tidak
shalat pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama empat puluh
hari.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi. Hadits hasan shahih). Waktu empat
puluh hari dihitung sejak keluarnya darah, baik darahnya itu keluar bersamaan,
sebelum atau sesudah melahirkan.
Pendapat yang kuat, insyaa Allah,
pada dasarnya tidak ada batasan minimal atau maksimal lama waktu nifas. Waktu
empat puluh hari adalah kebiasaan sebagian besar kaum wanita. Akan tetapi
apabila sebelum empat puluh hari wanita tersebut telah suci, maka ia wajib
mandi dan melakukan ibadah wajibnya lagi.
Mengenai banyaknya darah, juga tidak
ada batasan sedikit atau banyaknya. Selama darah nifas masih keluar maka sang
wanita belum wajib mandi (bersuci).
Secara ringkas, ada beberapa kondisi
wanita yang sedang nifas:
- Darah nifas berhenti keluar sebelum 40 hari dan tidak
keluar lagi setelah itu. Maka sang wanita wajib mandi (bersuci) dan
kemudian melakukan ibadah wajibnya lagi, seperti shalat dan puasa, dll.
- Darah nifas berhenti keluar sebelum 40 hari, akan
tetapi kemudian darah keluar lagi sebelum hari ke-40. Maka, jika darah
berhenti ia mandi (bersuci) untuk shalat dan puasa. Jika darah keluar, ia
harus meninggalkan shalat dan puasa. Akan tetapi, bila berhentinya darah
kurang dari sehari, maka tidak dihukumi suci.
- Darah nifas terus keluar dan baru berhenti setelah hari
ke-40. Maka sang wanita harus mandi (bersuci).
- Darah terus keluar hingga melebihi waktu 40 hari. Ada
beberapa kondisi:
- Darah nifas berhenti dilanjutkan keluarnya darah haid
(berhentinya darah nifas bertepatan waktu haid), maka sang wanita tetap
meninggalkan shalat dan puasa. Darah yang keluar setelah 40 hari dihukumi
sebagai darah haid. Sang wanita baru wajib mandi (bersuci) setelah darah
haid tidak keluar lagi.
- Darah tetap keluar setelah 40 hari dan tidak
bertepatan dengan kebiasaan masa haid, ulama berbeda pendapat mengenai
hal ini. Menurut ulama yang berpendapat bahwa lama maksimal nifas adalah
40 hari, menilai darah yang keluar setelah 40 hari sebagai darah fasadh
(penyakit) yang statusnya adalah sebagaimana istihadhah.
Sedangkan menurut ulama yang berpendapat bahwa tidak ada batasan minimal
dan maksimal lama nifas, mereka menilai darah yang keluar setelah 40 hari
tetap sebagai darah nifas. Pendapat inilah yang lebih kuat, insya Allah.
Akan tetapi, jika ingin
berhati-hati, setelah 40 hari dinilai suci. Sehingga sang wanita bersuci untuk
melaksanakan shalat dan puasa, meski darah tetap keluar. Akan tetapi hal ini
tidak berlaku pada 2 keadaan:
- Ada tanda bahwa darah akan berhenti/ makin sedikit.
Maka sang wanita menunggu darah berhenti keluar, baru kemudian mandi
(bersuci)
- Ada kebiasaan dari kelahiran sebelumnya, maka itu yang
dipakai. Misal, sang wanita telah mengalami beberapa kali nifas yang
lamanya 50 hari. Maka batasan ini yang dipakai.
Hal-hal yang Diharamkan bagi Wanita
yang Nifas
Para ulama telah bersepakat bahwa
wanita yang sedang nifas diharamkan melakukan apa saja yang diharamkan bagi
wanita yang haid. Antara lain,
- Sholat.
Wanita
yang haid dan nifas haram melakukan shalat fardhu maupun sunnah, dan mereka
tidak perlu menggantinya apabila suci. (Ibnu Hazm di dalam kitabnya al-Muhalla)
- Puasa.
Wanita
yang sedang nifas tidak boleh melakukan puasa wajib maupun sunnah. Akan tetapi
ia wajib mengqadha puasa wajib yang ia tinggalkan pada masa nifas. Berdasarkan
hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Ketika kami mengalami haid, kami
diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha
shalat.” (Muttafaq ‘alaih)
- Thawaf.
Wanita
haid dan nifas diharamkan melakukan thawaf keliling ka’bah, baik yang wajib
maupun sunnah, dan tidah sah thawafnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Lakukanlah apa
yang dilakukan jamaah haji, hanya saja jangan melakukan thawaf di ka’bah sampai
kamu suci.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Jima’.
(lihat
sub judul “Hukum Suami yang Bercampur dengan Istri yang sedang Nifas”)
- Tidak bleh diceraikan.
Diharamkan
bagi suami menceraikan istrinya yang sedang haid atau nifas. Allah Ta’ala
berfirman, yang artinya, “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu
maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi)
iddahnya (dengan wajar).” (Qs. ath-Thalaq: 1)
Hukum-hukum Seputar Nifas
Tidak ada perbedaan hukum antara
haid dan nifas, kecuali beberapa hal di bawah ini:
1. Iddah
Apabila wanita tidak sedang hamil,
masa iddah dihitung dengan haid, bukan dengan nifas. Sebagaimana firman Allah
Ta’ala, “Wanita-wanita yang dicerai hendaklah menahan diri (menunggu) tiga
kali quru’…” (Qs. al-Baqarah: 228)
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih
Al Utsaimin, yang dimaksud ‘quru‘ adalah haid, dan inilah pendapat yang
lebih kuat, insyaa Allah. Oleh karena itu, masa iddah dihitung berdasarkan
haid, bukan nifas. Sebab, jika suami menceraikan istrinya sebelum melahirkan,
masa iddahnya habis karena melahirkan, bukan karena nifas. Adapun jika suami
menceraikan istrinya setelah melahirkan, maka masa iddahnya adalah sampai sang
istri mendapat 3 kali haid.
2. Masa Ila’
Ila’ adalah sumpah seorang laki-laki
untuk tidak melakukan jima’ terhadap istrinya selamanya atau lebih dari empat
bulan. Setelah masa empat bulan, bila sang istri meminta untuk berhubungan,
maka sang suami harus memilih antara jima’ atau bercerai.
Masa haid termasuk hitungan masa
ila’, sedangkan masa nifas tidak. Jadi, apabila seorang suami bersumpah untuk
tidak berjima’ dengan istrinya, sedangkan istrinya sedang dalam keadaan nifas,
maka masa ila’ ditetapkan empat bulan ditambah masa nifas. Setelah masa itu,
bila sang istri meminta untuk melakukan jima’, sang suami harus memilih apakah
jima’ atau bercerai.
3. Balighnya seorang wanita dihitung
dari saat haid pertama kali, bukan nifas.
Hukum Suami yang Bercampur
dengan Istri yang sedang Nifas
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata, “Menggauli wanita nifas sama halnya dengan wanita haid, hukumnya
haram menurut kesepakatan ulama.” (Lihat Majmu’ Fatawa)
Allah Ta’ala berfirman, yang
artinya, “Mereka bertanya kepadamu tentang wanita haid, maka katakanlah,
“Bahwa haid adalah suatu kotoran, maka janganlah kalian mendekati mereka
sebelum mereka suci.” (Qs. al-Baqarah: 222)
Seorang suami boleh sekedar bercumbu
dengan istri yang sedang nifas asal tidak sampai jima’. Akan tetapi bila sampai
terjadi jima’, para ulama berselisih pendapat apakah wajib membayar kaffarah
(denda) ataukah tidak (Lihat al-Mughni oleh Imam Ibnu Qudamah rahimahullah).
Pendapat yang lebih kuat, insya
Allah, wajib membayar kaffarah. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Abbas sradhiyallahu
‘anhu . Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , ketika berbicara
tentang seorang suami yang mencampuri istrinya di waktu haid, Rasulullah
bersabda, “Hendaklah ia bershadaqah satu dinar atau separuh dinar.” (Shahih
Ibnu Majah no:523, ‘Aunul Ma’bud 1:445 no:261, Nasa’ai I:153, Ibnu Majah 1:210
no:640. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)
Adapun apabila seorang wanita telah
suci dari nifas sebelum 40 hari, kebanyakan ulama berpendapat bahwa suami tidak
dilarang untuk menggaulinya. Dan inilah pendapat yang kuat. Karena tidak ada
dalil syar’i yang melarangnya.
Riwayat yang ada hanyalah dari Imam
Ahmad dari Utsman bin Abu Al-Ash bahwa istrinya datang kepadanya sebelum empat
puluh hari, lalu ia berkata, “Jangan engkau dekati aku!” Akan tetapi, ucapan
Utsman tersebut bukan berarti seorang suami terlarang menggauli istrinya. Sikap
Utsman tersebut mungkin timbul karena kehati-hatiannya, yaitu khawatir istrinya
belum suci benar, atau takut dapat mengakibatkan pendarahan disebabkan senggama
atau hal lain. (Lihat al-Wajiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitabil ‘Aziz)
Karena itu, apabila pada diri
seorang suami atau istri timbul keragu-raguan, maka hendaklah memastikan
dahulu, apakah sang istri benar-benar telah suci dari darah nifasnya. Karena
secara medis, jima’ aman dilakukan bila sang istri telah melewati masa nifas,
kecuali bila saat itu sang istri langsung mengalami haid, terjadi perdarahan,
atau sedang menjalani terapi tertentu. Apabila masih ragu, hendaklah
berkonsultasi dengan dokter. Apakah kondisi sang istri telah normal dan
benar-benar pulih secara medis sehingga bisa dicampuri oleh suaminya. Karena
dalam hal ini kondisi setiap wanita berbeda-beda. Tidak selayaknya seorang
muslim melakukan hal yang berbahaya dan membahayakan orang lain.
Wallahu Ta’ala a’lam.
والحمد لله رب العالمين، وصلى الله
سلم علي نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Barakallahu fiikum wa jazakumullah
khairan khatsir,,
والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
.Salam Silaturrahim dan Ukhuwah Islamiyyah.
Sabtu, 11 Januari 2014
AL QUR’AN JUGA MINTA DIKRITIK
Akhir –akhir
ini kaum muslimin dikejutkan oleh berbagai macam serangan pemikiran liberal,
sukulerisme, prularisme, baik yang dilakukan oleh kaum orentalis maupun dari
kaum muslimin yang dipengaruhi pemikiran barat maupun komunisme. Di berbagai
bidang muncul berbagai pendapat dan gagasan baru tentang pemahaman Islam. Tak
kecuali dalam bidang tafsir Al Qur’an muncul tafsir hermeneutika, yang mula –
mula untuk menafsirkan bibel, dipaksakan untuk menafsirkan berbagai kitab
termasuk juga untuk nenafsirkan Al Qur’an.
Jauh sebelu tafsir hermeneutika mengemuka, kaum orentalis barat seperti
Alponse mingana guru besar universitas birminghan Igrgris pada tahun 1927
menyatakan study kritis terhadap kitap sucinya umat Islam. Seolah – olah Al
Qur’an butuh tambahan penafsiran, atau malah dianggab belum sempurna,
sebenarnya Al Qur’an lebih dulu membukla diri dan tantangan kepada seluruh umat
tanpa kecuali, bahwasanya Al Qur’an minta dikritik.
Maka
sebenarnya sagatlah aneh, jika umat dulu apalagi sekarang masih mau
mengotak-atik Al Qur’an. Seperti alphonse mingana mengumumkan bahwa : Sudah
saatnya sekarang untuk melakukan kritikan terhadap teks Al Qur’an sebagaimana
yang telah kita lakukan terhadap kitap suci Yahudi yang berbahasa Ibrani-Arami
dan kitab suci Kresten yang berbahasa yunani.
Padahal Al Qur’an sudah 14 abad
yang lalu sudah menantang dan mempersilahkan kepada setiap orang yang
ragu dan masih ragu terhadab keabsahan Al Quran Sebagai Wahyu Allah. Hal ini
sagat mengherankan masih ada orang yang ingin memenuhi tantangan ini. Al Qur’an
sudah jelas – jelas menantang kepada siapa saja yang masih ragu dan
meragukannya, dekalimat yang sagat indah lagi santun sampai kepada kaum kapir
quraisy pada masa itu. Untuk tahap
pertama Al Quran menawarkan agar ditandingi dengan sepuluh surat yang dibuat
utuk menyamai Al Qur’an. Sebagai mana
Firman Allah SWT Dalam Surat Hud ayat 13. Yang artinya:
,”Bahkan mereka mengatakan
Bahwa “Muhammad telah membuat-buat Al Qur’an itu”, Katakanlah: (kalau Demikian)
datangkalah sepuluh surat-surat yang di buat-buat menyamainya, dan panggillah
orang-orang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang
orang-orang yang benar,” Qs Hud ayat 13.
Sungguh luar bisa tantangan Al
Qur’an tersebut, Al Qur’an dengan tegas
menantang menantang, ‘dan jika
kamu tetap dalam keraguan,” jika masih ragu dan skeptik dalam
pikirannya tentang kebenaran Wahyu ini,
Allah masib berbaik hati kepada mereka orang –orang ragu, maka,” buatlah
satu surat saja ,” yang semisal Al Qur’an. Ternyata Al Qur’an lebih
dahulu mengajarkan manusia baik yang beriman maupun yang tidak, agar bersikal
ilmiyah.
Jika mereka
tidak sanggup mendatangkan satu surat
saja yang syairnya indah dengan ijaz
(singkat dan padat), sesuai firman Allah Qs Baqarah Ayat 23-24:
,” Dan jika kamu tetap
dalam keraguan tentang Al Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami
(Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal Al Qur’an itu, dan ajaklah
penolong –penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang benar.
Maka jika kamu tidak dapat
membuatnya dan pasti kamu tidak bias membuatnya, peliharalah dirimu dari neraka
yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir,”.
Qs Surat Al Baqarah ayat 23-24
Bahkan Allah sudah
mengklim/mengkard/justipikasi, manusia pasti tidak akan bisa dan sangup walau ngundang
para pembantunya dari kalangan jin dan manusia.
Maka Al Qur’an
itu adalah benar – benar kalamullah, coba kita teliti dan kita kaji secara akal
yang mendalam, kita menyakinkan AL Qur’an dengan Akal Kita. Ada tiga cara untuk
kita tambah yakin, pertama, kemungkinan
pertama Al Qur’an yang buat oleh
orang/bangsa arab, sebab Al Qur’an berbahasa arab, jika orang arab yang buat maka secara akal
tidak dapat diterima, sebab orang arab juga ditantang Allah Untuk buat yang
serupa, maka datangkanlah sepuluh surat aja, jika tidak mampu datangkanlah satu
surat saja, maka seluh bangsa arab ditantang oleh Allah, jika benar Al Qur’an buatan orang arab maka
banyak yang bisa dan serupa dengan Al Qur’an, kenyataanya tidak ada yang mampu,
bahkan nabi palsupun musailamah al khazzab berupaya mati-matian, berusaha
keras, wal hasil satupun tak ada yang mampu. Kedua, kemungkinan Nabi Muhammad
Yang buat, pendapat inipun tertolak, sebab
Nabi Muhammad juga orang arab yang termasuk diseru dan juga ditantang
oleh Allah SWT, disi lain gaya bahasa Al Hadits dan gaya bahasa Al Qur’an sagat jauh beda dari segi penulisannya,
syairnya, retorikanya, syorop, nahwunya, dll. Padahal keluar dari satu
mulut(ibarat kata) satu orang yang sama Yaitu NabiYuallah Muhammad SAW. Ketiga
Al Qur’an benar-benar kalamullah, yang menjadi mu’zijat bagi pembawanya. Inilah
dalil aqli yang benar-benar bahwa al Quran kalamullah firman Allah.
Sungguh nista
jika orang sekarang masih aja otak atik keabsyahan Al Quran, dengan tafsir
hermaneutika, bahkan sudah jadi wajib jadi matakuliah jurusan Tafsir Hadits,
diberbagai perguruan negeri atau swasta. Bahkan kampus-kampus negeri sepaerti
UIN Jakarta, Bandung, Jogjakarta, dll, sudah diarahkan untuk membuat skripsi,
tesis, dengan tafsir hermeneutika, kira-kira apa jadinya ya ?. ini beberapa
hasil yang dari pemahaman itu sungguh mencengankan, Al Qur’an buakan lagi
dianggab sebagai Wahyu suci dari ALLah SWT. Kepada Muhammad SAW, namun sudah
disebut bahwa Al Qur’an Produk budaya (muntas tsaqofi) seperti yang digulirkan oleh
Nasr Hamit Abu Zaid. Bahwa Tafsir Al Qur’an yang ada adalah melangengkan Status
Quo, dan kemerosotan umat islam dalam bidang politik, moral, dan budaya. Bahkan ada yang menganggab bahwa tafsir
Hermeneutika sebagai tafsir pembebasan.
Jadi
kesimpulannya tidak aneh jika di jaman sekarang ini ada yang mengatakan Al
Qur’an kitab paling Porno, ada yang menghalalkan nikah beda agama, antara
muslimah dengan laki-laki non muslim, Laki-laki punya masa iddah, khamer jadi
halal, wanita punya hak talak, perkawinan homoseksual/lesbian menjadi halal,
dengan metode tafsir kontekstual, bahkan ada yang mengatakan sebagai kebutuhan
dan solosi, masih banyak lagi pendapat-pendapat yang nyelneh yang dianggap
mengikuti perkembangan jaman. Pada hal Al Qur’an sudah terbukti dasar
kebenaranyan oleh akal. Seorang muslim wajib menyakini segala sesuatu yang
telah terbukti dengan akal atau yang dating dari sumber berita yang yakin dan
pasti (qath’I) Yaitu Al Qur’an dan Al Hadits.
Kurang apa lagi, bahwa allah yang nenurunkan juga allah yang menjaganya,
bagi seorang muslim yang beriman tentu tidak diragukan lagi keimananya terhadap
Al Qur’an sebagai wahyu Allah, firman
Allah dalam QS Al Hijr ayat 9 :
,”sesungguhnya
kami telah menurunkan al qur’an dan pasti kami akan menjaganya. QS Al Hijr ayat
9.
Semestinya
merupakan paling berharga bagi kaum muslimin umumnya, dan para pengemban dakwah
khususnya, hendaklah Al Qur’an menjadi penyiram hati kita, dan menjadi teman
langkah setia kita kemanapun kita melangkah. Karenja Al Qur’an akan membimbing
kita untuk meraih kebaikan, dan menggangkat kedudukan kita lebih tinggi lagi.
Sehausnya kita senantiasa memelihara
ditengah malah, dipenghujung siang, dengan membaca, menghafalkanya,
mengamalkan, serta mengamalkanya sehingga kita akan menjadi sebaik – baik
generasi khalaf, yang mewarisi dari generasi salaf yang baik. Bukan malah
sebaliknya malah mencari celah untuk mengkritisi Al Qur’an.
Wallahu waliyyut taufiq
Makna Angka 40 Dalam Usia Manusia
Bila ada persoalan tentang umur 40 tahun manusia, saya terfikir sejenak. Belum pernah saya membincangkannya dengan sesiapa sebelum ini. Bila saya cuba mengajak kepada perbincangan, ramai yang berkata itu cuma psikologi barat untuk menggambar kehidupan mesti enjoy dan berseronok, dan pada umur ini barulah fikir tentang masa depan.
Ramai tidak sedar dalam al-Quran ada menyentuh tentang usia ini. Tentu ada yang sangat penting, perlu diperhatikan dan diambil serius akan perkara ini. Allah swt. berfirman,
حَتَّى إَذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِى أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِى إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
“Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdoa, “Ya Tuhanku, tunjukkanlah aku jalan untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang soleh yang engkau redhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (al-Ahqaf: 15)
Usia 40 tahun disebut dengan jelas dalam ayat ini. Pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fizikal, intelektual, emosi, mahupun spiritualnya. Benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan melangkah ke usia dewasa yang sebenar.
Doa yang terdapat dalam ayat tersebut dianjurkan untuk dibaca oleh mereka yang berusia 40 tahun dan ke atas. Di dalamnya terkandung penghuraian yang jelas bahawa mereka; telah menerima nikmat yang sempurna, kecenderungan untuk beramal yang positif, telah mempunyai keluarga yang harmoni, kecenderungan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah.
Pada ayat yang lain, firman Allah;
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيْرُ
Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam tempoh yang cukup untuk berfikir bagi orang-orang yang mahu berfikir, dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan? (al-Fathir: 37)
Menurut Ibnu Abbas, Hasan al-Bashri, al-Kalbi, Wahab bin Munabbih, dan Masruq, yang dimaksud dengan “umur panjang dalam tempoh yang cukup untuk berfikir” dalam ayat tersebut tidak lain adalah ketika berusia 40 tahun.
Menurut Ibn Kathir, ayat ini memberikan petunjuk bahawa manusia apabila menjelang usia 40 tahun hendaklah memperbaharui taubat dan kembali kepada Allah dengan bersungguh2.
Apabila itu berlaku menjelang usia 40 tahun, maka Allah memberikan janjiNya dalam ayat selepas itu: (maksudnya) Kematangan.
Usia 40 tahun adalah usia matang untuk kita bersungguh-sungguh dalam hidup. Mengumpulkan pengalaman, menajamkan hikmah dan kebijaksanaan, membuang kejahilan ketika usia muda, lebih berhati-hati, melihat sesuatu dengan hikmah dan penuh penelitian. Maka tidak hairan tokoh-tokoh pemimpin muncul secara matang pada usia ini. Bahkan Nabi s.a.w, seperti yang disebut oleh Ibn ‘Abbas:
“Dibangkitkan Rasulullah s.a.w pada usia 40 tahun” (riwayat al-Bukhari).
Nabi Muhammad saw. diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi2 yang lain, kecuali Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as.
Mengapa umur 40 tahun begitu penting.
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 (empat) period, iaitu
1. Kanak-kanak ( sejak lahir hingga akil baligh )
2. Muda atau syabab ( sejak akil baligh hingga 40 tahun )
3. Dewasa ( 40 tahun hingga 60 tahun )
4. Tua atau syaikhukhah ( 60 tahun hingga mati )
Usia 40 tahun adalah usia ketika manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih kepada masa dewasa penuh. Kenyataan yang paling menarik pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agama sedangkan semasa mudanya jauh sekali dengan agama. Seolah-olah macam satu fitrah di usia ini ramai yang mula menutup aurat dan mendekati kuliah-kuliah agama.
Salah satu keistimewaan usia 40 tahun tercermin dari sabda Rasulullah saw.,
لعَبْدُ الْمُسْلِمُ إِذَا بَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً خَفَّفَ اللهُ تَعَالَى حِسَابَهُ ، وَإِذَا بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً رَزَقَهُ اللهُ تَعَالَى الْإِنَابَةَ إِلَيْهِ ، وَإِذَا بَلَغَ سَبْعِيْنَ سَنَةً أَحَبَّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ، وَإِذَا بَلَغَ ثَمَانِيْنَ سَنَةً ثَبَّتَ اللهُ تَعَالَى حَسَنَاتِهِ وَمَحَا سَيِّئَاتِهِ ، وَإِذَا بَلَغَ تِسْعِيْنَ سَنَةً غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَشَفَّعَهُ اللهُ تَعَالَى فِى أَهْلِ بَيْتِهِ ، وَكَتَبَ فِى السَّمَاءِ أَسِيْرَ اللهِ فِى أَرْضِهِ – رواه الإمام أحمد
“Seorang hamba muslim bila usianya mencapai 40 tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya). Jika usianya mencapai 60 tahun, Allah akan memberikan anugerah berupa kemampuan kembali (bertaubat) kepadaNya. Bila usianya mencapai 70 tahun, para penduduk langit (malaikat) akan mencintainya. Jika usianya mencapai 80 tahun, Allah akan menetapkan amal kebaikannya dan menghapus amal keburukannya. Dan bila usianya mencapai 90 puluh tahun, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan dosa-dosanya yang dahulu, Allah juga akan memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya, serta Allah akan mencatatnya sebagai tawanan Allah di bumi. (riwayat Ahmad)
Hadis ini menyebut usia 40 tahun paling awal memiliki komitmen terhadap penghambaan kepada Allah swt. sekaligus konsisten terhadap Islam, maka Allah swt. akan meringankan hisabnya. Orang yang usianya mencapai 40 tahun mendapatkan keistimewaan berupa hisabnya diringankan. Tetapi umur 40 tahun merupakan saat harus berhati2 juga. Ibarat waktu, orang yang berumur 40 tahun mungkin sudah masuk senja. Abdullah bin Abbas ra. dalam suatu riwayat berkata, “Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak mantap dan tidak dpt mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.”
Imam asy-Syafi’i tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan sambil memakai tongkat. Jika ditanya, jawab beliau, “Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya saja yang masih tertambat dalam sangkar. Komitmenku sekarang seperti itu juga. Aku tidak memiliki sisa2 syahwat untuk menetap tinggal di dunia. Aku tidak berkenan sahabat-sahabatku memberiku sedikit pun sedekah dari dunia. Aku juga tidak berkenan mereka mengingatkanku sedikit pun tentang hiruk pikuk dunia, kecuali hal yang menurut syara’ lazim bagiku. Diantara aku dan dia ada Allah.”
Lantas, apa yang harus kita lakukan ketika menginjak usia 40 tahun?
1. Meneguhkan tujuan hidup
2. Meningkatkan daya spiritual
3. Menjadikan uban sebagai peringatan
4. Memperbanyak bersyukur
5. Menjaga makan dan tidur
6. Menjaga istiqamah dalam ibadah.
Jika ada yang mengatakan bahawa: Life began at forty, saya cenderung berpendapat kehidupan yang dimaksudkan ialah kehidupan terarah kepada mendekatkan diri kepada penciptaNya dengan sebenar-benarnya. Tetapi satu perkara yang kita harus sentiasa sedar bahawa kematian memanggil kita bila-bila masa tanpa tanda, tanpa alamat dan tanpa mengira usia. Jika kita beranggapan harus menunggu usia 40 tahun untuk baru memulakan kehidupan yang dimaksudkan di atas, maka rugi dan sia-sia lah hidup kita jika umur kita tidak panjang.
Maksud sabda Nabi Muhammad S.A.W ,” Orang yang bijak adalah orang yang selalu mengingati mati”.
YANG BLOM FORTY pun boleh bc sampai abes…
Sumber: FB Zahairudin B Ismail Zahairudin
Read more: http://www.anakulucheka.com/makna-angka-40-dalam-usia-manusia/#ixzz2ov6Nb9UD
Langganan:
Postingan (Atom)