Tiga Warisan Rasulullah SAW
Oleh : KH. M. Shiddiq Al Jawi**
Sesungguhnya Rasulullah SAW telah meninggalkan 3 (tiga) warisan yang wajib hukumnya dipelihara oleh Umat Islam. Selama tiga warisan ini dipelihara dengan baik oleh umat Islam, maka akan baiklah kondisi umat Islam. Sebaliknya jika salah satu atau lebih dari tiga warisan ini musnah atau diabaikan oleh umat Islam, maka umat akan mengalami kondisi kerusakan (fasaad).
Ketiga warisan tersebut adalah; (1) Islam, yang terwujud dalam Al-Kitab dan As-Sunnah; (2) ulama, yaitu ulama yang hakiki atau ulama pewaris para nabi (waratsatul anbiya`); dan (3) Khilafah, dengan para khalifahnya yang bertugas menerapkan Islam secara kaffah (keseluruhan) dalam segala aspek kehidupan tanpa kecuali.
Mengenai warisan pertama, yaitu Islam, Rasulullah SAW bersabda :
تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما كتاب الله وسنة نبيه
“Telah aku tinggalkan di tengah kalian dua perkara yang kalian tak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR Malik, Al-Muwaththa`, no 1594).
Mengenai warisan kedua, yaitu ulama, Rasulullah SAW bersabda :
إن العلماء ورثة الأنبياء إن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما إنما ورثوا العلم فمن أخذ به أخذ بحظ وافر
“Sesungguhnya ulama adalah para pewaris dari para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar atau dirham melainkan mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya (ilmu), maka dia telah mengambil bagian yang cukup (banyak).” (HR Tirmidzi, no 2682).
Adapun warisan ketiga, yaitu Khilafah, Rasulullah SAW telah bersabda :
كانت بنو إسرائيل تسوسهم الأنبياء كلما هلك نبي خلفه نبي وإنه لا نبي بعدي وستكون خلفاء فتكثر
“Dahulu Bani Israil diatur hidupnya oleh para nabi, setiap seorang nabi meninggal, dia digantikan oleh nabi lainnya, dan sesungguhnya tidak ada nabi setelahku. Dan akan ada para khalifah dan jumlah mereka akan banyak.” (HR Muslim, no 1842).
Itulah tiga warisan Rasulullah SAW yang ditinggalkan beliau untuk umatnya ketika beliau wafat pada tahun 11 H, sebagai bekal menghadapi samudra kehidupan hingga Hari Kiamat nanti. Tiga warisan tersebut wajib hukumnya dipelihara dan dilestarikan demi kemaslahatan umat Islam di dunia dan di akhirat. Jika umat Islam lalai atau abai memelihara warisan-warisan tersebut, maka umat Islam akan jatuh ke jurang kerusakan dan kemudharatan, sebagaimana firman Allah SWT :
فَمَنْ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً
“Lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit…” (QS Thaha : 123-124)
Tiga warisan tersebut ternyata dalam perkembangan sejarahnya mengalami dinamika yang luar biasa. Ada yang terus eksis, ada yang sudah lenyap seperti Khilafah. Yang terus eksispun ada yang mengalami perubahan sifat sehingga tidak sesuai dengan sifat aslinya lagi.
Mengenai warisan pertama, yakni Islam yang terwujud dalam al-Qur`an dan as-Sunnah, Rasulullah SAW telah bersabda bahwa Islam suatu saat akan kembali menjadi asing sebagaimana awalnya :
بدأ الإسلام غريبا وسيعود كما بدأ غريبا فطوبى للغرباء
“Islam itu bermula dalam keadaan asing, dan akan kembali asing sebagaimana bermulanya Islam. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR Muslim, no 232).
Hadits ini menunjukkan bahwa suatu saat Islam akan kembali menjadi asing bagi umatnya sendiri. Dan hal ini ternyata sudah terjadi saat ini. Contohnya, saat ini umat Islam merasa asing dengan Khilafah. Akhirnya, Khilafah sebagai ajaran Islam yang semestinya dijaga dengan baik oleh umat Islam malah seakan-akan dijadikan musuh umat yang sangat berbahaya dan harus dihancurkan sampai ke akar-akarnya.
Warisan kedua, yaitu ulama, ternyata ada sebagian mereka yang menjadi ulama jahat (ulama suu`) yang menyesatkan umat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
إني لا أخاف على أمتي إلا الأئمة المضلين
“Sesungguhnya aku tidak khawatir atas umatku kecuali para imam (pemimpin) yang menyesatkan.” (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi).
Hadits ini menunjukkan bahwa suatu saat akan muncul para pemimpin yang menyesatkan, di antaranya adalah para ulama. Mereka ini sudah tidak setia lagi dengan ilmu yang diambilnya dari Rasulullah SAW, sehingga para ulama yang seharusnya menjadi lampu penerang bagi perjalanan umat menuju kebahagaiaan di dunia dan akhirat, malah menjadi penyesat jalan umat menuju jurang kesesatan dan kebodohan yang dalam. Mereka sungguh telah menjadikan agama Islam sebagai barang dagangan hanya untuk mendapatkan kenikmatan duniawi yang sesat dengan menjual ayat-ayat Allah dengan harga murah. Mereka itu misalnya ulama yang mengingkari wajibnya Khilafah, atau yang mengatakan Khilafah itu tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini, atau yang mengatakan Khilafah itu berbahaya bagi negeri ini dan akan memecah belah negeri ini, dan ucapan-ucapan keji yang semisalnya.
Warisan ketiga, yaitu Khilafah, telah mengalami kehancuran yang tragis pada tahun 1924 di Turki. Sejak runtuhnya Khilafah itu, yang memimpin umat Islam bukan lagi khalifah-khalifah yang menggantikan fungsi Nabi SAW sebagai pelaksana syariah Islam dalam kehidupan umat, namun para pemimpin (‘umaro`) yang sesat dan jahat. Oleh Nabi SAW mereka disebut dengan berbagai macam, antara lain sebutan mulkan jabriyatan (kekuasaan diktator) (HR Ahmad), dengan sebutan ruwaibidhah (orang bodoh yang bicara urusan orang banyak) (HR Ibnu Majah), atau dengan sebutan imaaratus sufahaa`(kepemimpinan orang-orang bodoh) (HR Ahmad).
Sabda Rasulullah SAW yang menyebut sebutan mulkan jabriyatan (kekuasaan diktator) adalah hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah bin Al Yaman RA, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :
تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن يكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون ملكا جبرية فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ثم سكت
“Adalah Kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Aadhdhon), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (Musnad Ahmad, Juz IV, hlm, 273, nomor hadits 18.430. Hadits ini dinilai hasan oleh Nashiruddin Al Albani, Silsilah Al Ahadits Al Shahihah, 1/8; dinilai hasan pula oleh Syaikh Syu’aib Al Arna’uth, dalam Musnad Ahmad bi Hukm Al Arna’uth, Juz 4 no hadits 18.430; dan dinilai shahih oleh Al Hafizh Al ‘Iraqi dalam Mahajjah Al Qurab fi Mahabbah Al ‘Arab, 2/17).
Sabda Rasulullah SAW mengenai ruwaibidhah :
سَيَأْتِى عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِى أَمْرِ الْعَامَّةِ
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang bicara urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah)
Mengenai imaaratus sufahaa` (kepemimpinan orang-orang bodoh), sebuah hadits dari Jabir bin Abdillah RA menuturkan :
أن انبي صلى الله عليه وسلم قال لكعب بن عجرة : أعاذك الله من إمارة السفهاء قال وما إمارة السفهاء قال أمراء يكونون بعدي لا يقتدون بهدي ولا يستنون بسنتي ومن صدقهم بكذبهم وأعانهم على ظلمهم فأولئك ليسوا مني ولست منهم ولا يردوا علي حوضي ومن لم يصدقهم بكذبهم و لم يعنهم على ظلمهم فأولئك مني وأنا منهم وسيردوا علي حوضي رواه أحمد
“Bahwa Nabi SAW berkata kepada Ka’ab bin ‘Ujrah RA,’Semoga Allah melindungi dirimu dari kepemimpinan orang-orang bodoh.’ Ka’ab bin Ujrah berkata,’Apa itu kepemimpinan orang-orang bodoh?’ Nabi menjawab,’Para pemimpin yang datang setelah aku yang tidak berpetunjuk dengan petunjukku dan tidak berpedoman dengan sunnahku. Maka barangsiapa membenarkan kebohongan mereka dan membantu kezhaliman mereka, maka mereka bukan bagian dariku dan aku pun bukan bagian dari mereka dan mereka tidak akan mendatangi aku di telagaku. Barangsiapa yang tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu kezhaliman mereka, maka mereka bagian dariku dan aku pun bagian dari mereka dan mereka akan mendatangi aku di telagaku.“ (HR Ahmad no 13919).
Hadits di atas menunjukkan akan munculnya imaaratus sufahaa`, dan nampaknya saat ini mereka sudah muncul di tengah umat Islam. Betapa tidak, sifat pemimpin saat ini sangat tepat seperti yang digambarkan Nabi SAW sebagai imaaratus sufahaa`. Misalnya, mereka “tidak berpetunjuk dengan petunjukku dan tidak berpedoman dengan sunnahku”. Buktinya, mereka tidak menjalankan sistem pemerintahan yang dicontohkan dalam sunnah Nabi SAW, yaitu Khilafah, tetapi sistem pemerintahan dari Barat yang kafir, yaitu sistem republik yang sekular, yang dalam sejarahnya bukan lahir dari sejarah Islam, tetapi lahir dalam konteks sosio-historis Eropa yang Kristen pasca Revolusi Prancis tahun 1789.
Maka dari itu, jelaslah bahwa ternyata tiga warisan Rasulullah SAW kepada umat Islam ternyata ada yang sudah lenyap, yaitu Khilafah, dan dua lainnya sudah keluar dari sifatnya yang asli, yaitu Islam menjadi terasing dan ulama pun sebagiannya ada yang tega menjual agama untuk mendapatkan dunia.
Di sinilah kita sebagai bagian umat Islam wajib mengembalikan tiga warisan Rasulullah SAW tersebut pada tempatnya semula, yaitu sebagai sesuatu yang wajib ada di muka bumi dan wajib pula difungsikan sebaik-baiknya sesuai tuntunan ajaran Islam itu sendiri, demi kemaslahatan umat Islam di dunia dan di akhirat.
Memang memelihara tiga warisan Rasulullah SAW tersebut saat ini tidaklah mudah. Akan banyak muncul berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. Pengorbanan pun akan menjadi suatu tuntutan yang tidak terelakkan, baik pengorbanan waktu, tenaga, harta, dan bahkan nyawa. Namun semua perjuangan ini insya Allah tidak akan sia-sia di sisi Allah. Insya Allah mereka yang ikhlas berjuang akan mendapatkan balasan pahala yang agung dari sisi Allah, sebagaimana dijanjikan oleh Rasulullah SAW, yaitu mendapat pahala 50 orang shahabat Nabi SAW bagi umat Islam yang tetap teguh memegang ajaran Islam di tengah situasi yang sulit seperti sekarang ini.
Sabda Rasulullah SAW :
إن من ورائكم أيام الصبر، الصبر فيهن مثل القبض على الجمر، للعامل فيهن أجر خمسين رجلا يعلمون مثل عمله، قيل : يا رسول الله أجر خمسين رجلا منهم؟ قال : بل أجر خمسين رجلا منكم
“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari kesabaran. Kesabaran pada masa itu bagaikan menggenggam bara api. Bagi yang tetap istiqomah menjalankan ajaran Islam pada masa itu, akan mendapat pahala 50 orang yang mengamalkan seperti ajaran Islam itu. Ada yang bertanya,”Hai Rasulullah, apakah pahala 50 orang di antara mereka?” Jawab Rasulullah SAW,”Bahkan pahala 50 orang di antara kalian (para shahabat).”(HR Abu Dawud, hadits hasan).Wallahu a’lam.